Konsep Zoon Politicon, yang diperkenalkan oleh Aristoteles, menegaskan bahwa manusia pada dasarnya adalah makhluk politik atau komunal. Hakikat ini menunjukkan bahwa kita hanya dapat mencapai potensi penuh dan kesejahteraan melalui hidup berkelompok. Kebutuhan akan kontak sosial adalah insting bawaan, bukan sekadar pilihan.
Hidup sendiri atau terisolasi adalah bertentangan dengan sifat alamiah manusia. Kebutuhan mendasar akan interaksi dan afiliasi sosial mendorong pembentukan keluarga, komunitas, dan negara. Struktur-struktur ini menjadi wadah utama bagi perkembangan moral, emosional, dan intelektual.
Zoon Politicon menekankan bahwa semua aktivitas penting manusia, termasuk pemerintahan, pendidikan, dan perdagangan, terjadi dalam konteks sosial. Tanpa adanya masyarakat, nilai-nilai, kaidah, dan pencapaian peradaban tidak akan dapat diwariskan atau dikembangkan lebih lanjut.
Dalam konteks modern, memahami hakikat Zoon Politicon membantu kita menghargai pentingnya jejaring sosial dan kolaborasi. Kerja sama tim, diskusi publik, dan partisipasi warga adalah manifestasi kontemporer dari dorongan alamiah manusia untuk hidup bersama.
Interaksi sosial bukan hanya tentang kenyamanan, melainkan sebuah kebutuhan psikologis yang esensial. Kurangnya kontak sosial dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan fisik, menggarisbawahi betapa vitalnya koneksi antar-manusia bagi eksistensi yang sehat.
Masyarakat yang sukses adalah masyarakat yang mampu menyediakan ruang interaksi yang aman dan bermakna bagi warganya. Ruang publik, fasilitas komunal, dan program komunitas adalah pilar penting dalam memenuhi kebutuhan fundamental ini.
Konsepsi Zoon Politicon juga memuat tanggung jawab. Jika manusia terikat secara komunal, maka setiap individu memiliki kewajiban untuk berkontribusi pada kebaikan bersama. Kewajiban ini adalah harga yang harus dibayar untuk manfaat hidup berkelompok.
Memahami diri sebagai Zoon Politicon mendorong kita untuk lebih aktif dalam urusan komunitas. Ini menginspirasi kita untuk menjadi warga yang peduli dan proaktif, berupaya memperbaiki kondisi sosial, bukan hanya menikmati manfaatnya secara pasif.
Maka, untuk mencapai kehidupan yang eudaimonia (hidup yang baik atau berbunga), kita harus merangkul hakikat komunal kita. Kesejahteraan pribadi terjalin erat dengan kesejahteraan kolektif. Menghargai kontak sosial adalah kunci kebahagiaan.
